Bilangan 24:1-9
OLEH
HAMAH
SAGRIM
Telah
ditemukan di ujung timur jauh ujung bumi suatu bangsa yang dipilih Tuhan dengan
tanda kemuka sebagai bangsa profetik yang begitu mencintai Israel, dan bangsa
itu adalah Papua.
dasar-dasar
lahirnya nubuatan Bileam bagi Israel dan komunikasinya dengan Dasar-dasar lahirnya
nubuatan bagi Papua oleh Dominee I.S. Kijne dalam standard alkitab sebagai berikut:
1.
Ketika
dilihat Bileam, bahwa baik di mata TUHAN untuk memberkati Israel, ia tidak
mencarikan pertanda lagi seperti yang sudah-sudah, tetapi Ia menghadapkan
mukanya ke arah padang gurun – ketika dilihat I.S. Kijne bahwa baik di mata
TUHAN untuk memberkati Papua, Kijne tidak mencari tanda lagi tetapi ia
memandang jauh kedepan tentang Papua maka lahirlah maklumat Aitumieri.
(Bilangan 24:1).
2.
Ketika
Bileam memandang ke depan dan melihat orang Israel berkemah menurut suku
mereka, maka Roh Allah menghinggapi dia, Lalu diucapkanlah sajak kepada Israel
– I.S. Kijne melihat orang Papua hidup (berkemah) menurut suku mereka, maka Roh
Allah menghinggapi dia, lalu diciptakanlah nyanyian Mazmur Rohani kepada Papua
(Bilangan 24:2-4).
3.
Berkatalah
Bileam kepada Balak: “Dirikanlah bagiku disini tujuh mezbah dan siapkanlah
bagiku disini tujuh ekor lembuh jantan dan tujuh ekor domba jantan – Perkataan
I.S. Kijne pada tahun 1923 ketika tiba di Mansinam delapan bulan kemudian
dikatakan bahwa Tanah New Guinea begitu lengkap dengan alamnya, disana ada
Pantai Pasir, ada lautan, ada karang, ada gunung menjulang, ada lembah, ada
bukit-bukit, ada hutan rimba yang semestinya aku ingin dibagikan menjadi tujuh
formasi adat. (Bilangan 23:29).
Maklumat Aitumieri merupakan
nubuatan peradaban Papua yang semestinya dimaknai sebagai proklamasi agung dari
TUHAN disampaikan kepada Domine I.S.
Kijne untuk dilakukan untuk bangsa ini.
Mata Tuhan menilik bangsa Papua karena Dia berkepentingan atas Papua.
Mata Tuhan menjelajahi seluru bumi dan memperhatikan semua bangsa, tetapi
Israel Tuhan jaga dan Papua Tuhan kawal.
Demi Israel Tuhan
menaruh identitas-Nya – demi Papua Identitas Tuhan disampaikan (Keluaran 3:14).
Maklumat Sinai Tuhan meletakkan nama-Nya atas Israel – Maklumat Mansinam, nama Tuhan
diletakkan di atas Papua. Atas dasar inilah, I.S. Kijne dipanggil ke Papua.
Tuhan kawal Kijne mempersiapkan anak-anak Papua untuk mengerjakan perencanaan
Tuhan yang besar bagi dunia.
Pada 05 Feberuari
1855 Ottow dan Geissler tiba di Mansinam – Proklamasi nama Tuhan ditetapkan “Dengan Nama Tuhan Kami Menginjakan kaki di
tanah ini”. Ketika nama Tuhan diletakkan di atas
Papua, Tuhan memberkati Papua dan Tuhan pun kawal Papua.
Pada tahun 1923,
Dominee I.S. Kijne tiba di Mansinam. Tuhan memanggilnya untuk persiapan kerja
yang besar, maka di Mansinam, Kijne berdoa, mengamati, dan menilai anak-anak
Papua. Pernyataan pertama I.S. Kijne bagi anak-anak Papua adalah “Anak-anak Papua sangat rajin berkerja dan
mereka bisa berkerja untuk tanahnya
sendiri”.
Inilah
pernyataan pertama Kijne pada tahun 1923, (Amsal 10:4, 5a)“4. Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan yang orang rajin
menjadikan kaya. 5a. Siapa mengumpulkan pada musim panas ia berakal budi;”
Kijne melihat kehidupan anak-anak Papua yang setiap hari keluar pagi untuk berkerja diladang, dan pulang ke rumah
ketika sore hari dengan hasil berlimpah-limpah dengan bersorak sorai. Sambil
mempelajari cara kehidupan sosial budaya orang Papua, Kijne pun berkunjung ke daratan
besar Manokwari, Wondama, Windesi, Ron, Serui, Joka. Kijne melihat bahwa tanah
Papua adalah tanah yang subur, air yang jernih, persisir pantai yang indah
permai senja yang begitu indah sehingga ia sadar bahwa Papua adalah tanah milik
Tuhan karena penuh dengan susu dan madu oleh karena itu, di atas batu Inspinasi
Kijne melanjutkan ucapan syukur bagi Tuhan dengan menyanyikan Nyanyian Seruling Mas 2: 7 “Syukur bagi-mu Tuhan; kau brikan tanahku,
bri aku rajin juga sampaikan maksudmu”.
Ungkapan syukur Kijne
begitu mendalam karena ia sangat mencintai Papua lebih dari keluargannya
sendiri. Rasa kecintaannya itu diungkapkan dalam nyanyian Seruling Mas 2:1 “Hai tanahku Papua, kau tanah lahirku kau
hendak ku kasihi sehingga ajalku”.
Kijne sangat
mencintai alam Papua, pasirnya yang putih di pantai, gemuruh ombak yang merdu,
gunung-gunung yang tinggi besar, dan tanah Papua yang subur sehingga dia mengabadikannya
dalam nyanyian Seruling Mas 2:2,3,4,5,6
2.
Ku kasih pasir putih di
pantaimu senang di mana lautan biru berkilat dalam trang.
3.
Ku kasih bunyi ombak,
pemukul pantaimu, nyanyian yang slalu senangkan hatiku
4.
Ku kasih gunung-gunung,
besar, mulialah, dan awan yang melayang keliling puncaknya
5.
Ku kasih hutan-hutan,
selimut tanahku ku akan mengembara di bawah naungannya
6.
Kukasih engkau, tanah
yang dengan luasmu membayar kerajinan dan perkerjaanku.
Kijne pun mengucapkan syukur kepada
Tuhan untuk tanah Papua dalam nyanyian Rohani 121:3
“Syukur ya Tuhan Hu, yang dalam t’rang
baka kuasa tangan-Mu memb’ri sejahtra. T’lah purba, Hu, ajaib mujizat-mu
kekal-kekal, kekal perintah-mu teguh”.
Kijne mendoakan keselamatan tanah Papua
dengan menyanyikan nyanyian Rohani 121:1
“Selamat tanah yang di lindungi Tuhan,
Hu,
Meski di timpa prang; sokongan-Nya
tentu.
Baik musuh t’lah menggah ’kan
kemenangannya
Seg’ra, seg’ra, seg’ra, k’lak datang
jatuhnya.
Rasa kecintaan I.S. kijne kepada orang papua begitu besar
sehingga waktu untuk bersama keluarga sangat terbatas, sehingga Mieke Kijne
pernah mengatakan kepada ayahnya ....“
Bapa lebih mencintai orang Papua dari pada kami.”
Sepanjang dua tahun
Kijne di Papua, sejak 1923-1925, ia menganalisis sosial budaya, adat istiadat,
kepercayaan, kemampuan anak-anak Papua untuk menangkap dan mendengarkan alat
musik, bernyanyi, berkerja, status sosial, maka Kijne pun mengambil suatu
kesimpulan bahwa ia harus membatasi
anak-anak Ambon, Sangir, dan Tabelo yang bersekolah di Mansinam dan biarlah
anak-anak negri Papua belajar dengan pola kehidupan yang mereka alami setiap
hari dan di mulai dari dalam dirinya, keluarga, halaman rumah/asrama dan
setelah itu ke lingkungan masyarakat di mana mereka berada.
Menyadari pentingnya sekolah bagi anak-anak Papua, dan menghindari sikap
murid-muridnya yang seakan memberi kesan bahwa pendidikan tidak terlalu
penting, tetapi juga karena mereka di kuasai oleh anak-anak amberi, maka Kijne
mengatakan:
“Saya berpendirian bahwa khusus untuk anak-anak Papua,
lebih dididik untuk hidup mandiri, sehingga mereka sendiri dapat berprestasi. Untuk itu, sesungguhnya
mereka mesti mempunyai satu sekolah
dalam arti yang sebenarnya, dimana
mereka tidak menerima kesan bahwa sekolah hanya sekedar tiruan saja untuk anak-anak
Papua.”
Atas dasar inilah, Kijne
mempunyai sebuah visi dan misi bagi masa depan bangsa Papua karena Kijne
mengetahui blue print Tuhan ats Papua
maka ia bergelut terus dalam berpuasa dan meminta petunjuk Tuhan tentang maksut
Tuhan atas bangsa dan tanah Papua – Kijne mulai bertekun didalam doa dan puasa
dan Tuhan menaruh perkataan ini padanya “inilah
waktunya lalang harus di pisahkan dari gandum”.
Kijne memulai agenda Tuhan yang semestinya dilakukan bagi umat-Nya
diatas tanah yang dijanjikan ini, ia melihat, mengamati dan belajar dari kehidupan
anak-anak didiknya di Mansinam, Miei, Joka dan serui, sehingga Kijne mengatakan.
“Sungguh bergembira -
ria kehidupan di Mansinam, pekarangan zendeling yang dulu di huni J.L. Van Haselt, di remajakan. Pemuda
dari segala penjuru, dari bagian utara, dan bagian barat, berkerja di sekolah
dan pekarangan . Lagu-lagu baru mulai berkumandang, sudah datang kini harapan
bahwa pemuda Papua akan berkerja demi bangsanya sendiri, seperti yang
sebelumnya dilakukan oleh begitu banyak guru Ambon dan Sangir. Mereka mau
berkerja dan bisa berkerja, membangun dan menjaga kebersihan, menanam dan
menyanyi, mencangkul dan menggaru, mereka bisa bernyanyi dan memainkan musik,
mereka belajar bermain. Seandainya Ottow dan Geissler ikut mendengar musik yang
aku dengar dekat tempat di mana mereka pernah untuk pertama kali menginjakan
kakinya, maka mereka pasti akan bergembira.”
Proklamasi nama Tuhan
di Mansinam diperuntukan bagi Papua, - Ketika proklamasi Sinai, nama Tuhan datang
kepada bangsa Israel dan tidak ke bangsa lain.
Kijne menangkap maksut Tuhan bagi Papua sehingga bertekad penuh untuk
memisahkan anak-anak Papua dari anak-anak Sangir, Ambon dan Tobelo. Apa yang Kijne
lakukan itu merupakan perintah Tuhan yang harus dilakukan, maka ia menyanyikan
nyanyian Rohani 165:1-2
1.
Yesus
memesan: dalam malam g’lap
Hendak
kita jadi lilin yang gerlap.
Akan
hormat Tuhan bercahayalah
Anak
masing-masing disudutnya.
2.
Yesus
menegur: Aku tahu tetap,
Lilin
mana t’rang dan mana yang gelap;
Kalau
sudah suram atau t’rang cerah
Anak
masing-masing disudutnya.
Kijne sangat
mencintai Papua dan alamnya sehingga ketika berkunjung ke Aitumieri ia berkata:
“Bukit Aitumieri miei Teluk Wondama
letaknya sangat indah, tanahnya subur dan luas, airnya jernih dari sungai yang
tidak pernah kering . . . . . . . disana
tempat untuk perkerjaan yang berguna demi sebuah kehidupan yang menyatu secara
alamiah.”
Di tempat inilah
deklarasi peradaban bangsa papua ditetapkan oleh I.S. Kijne - dari atas batu Bileam memberkati
Israel – dari atas batu I.S. Kijne membawa Papua kepada Tuhan untuk diberkati (Bilangan
24:1).
Bileam melihat
rencana Tuhan atas Israel – kijne menangkap denyut hati Tuhan bagi Papua karena
Tuhan berbicara kepada mereka. (Bilangan 24:15).
Dari gunung Bileam
melihat suku bangsa Israel dan membuat syair bagi Israel – dari gunung
Aitumieri Kijne melihat suku bangsa Papua dan menciptakan nyanyian Rohani,
Mazmur, Suara Gembira, dan Seruling Mas bagi Papua ( Bilangan 24:1-9).
Roh Tuhan
menghinggapi Bileam ketika melihat suku Israel dengan penuh hormat – Roh Tuhan
menghinggapi Kijne karena ia memikir suku bangsa Papua dengan serius (Bilangan
24:2). Oleh karena Kijne memikirkan bangsa Papua dengan serius maka Tuhan menurunkan
roh-Nya atas Kijne untuk membuat syair-syair dalam Nynyian dan buku-buku.
Tutur kata Bileam dan
nubuatan I.S. Kijne adalah tutur kata dan nubuatan dari orang yang terbuka
matanya - (Bilangan 24:15). Perkataan-perkataan
I.S. Kijne berasal dari Tuhan dan Kijne telah melihat rencana besar
Tuhan atas Papua sehingga ia diberikan roh dari Tuhan sebagai penyair. Inilah
dasar lahirnya nyanyian mazmur, rohani, seruling mas dan suara gembira yang
dikarang oleh I.S. Kijne
Kijne menyadari bahwa dia hanyalah manusia biasa yang di panggil Tuhan
untuk melakukan kehendak-Nya, sehingga Kijne mengungkapkannya dalam nyanyian Rohani 133 : 4, “Kami ini
bunga saja, layu habis musimnya, tapi keadaannya, Raja tak berubah tak lemah
Puji Raja, yang kekal kuasa-Nya.”
Itulah ungkapan Dominee
I.S. Kijne yang menggambarkan kehidupan dari keluarganya dan seluruh hidupnya
yang di persembahkan bagi Tuhan untuk rencana-Nya atas tanah Papua ujung Timur
bumi. Dibalik itu Kijne mengucap syukur kepada Tuhan karena dengan rahmat Tuhan
dia melakukan hukum Tuhan . (Roma 7:25a.
“Syukur kepada Ellohim! Oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, jadi dengan
akal budiku aku melayani hukum Tuhan.”)
Rasa kecintaan I.S.
Kijne terhadap orang Papua didalam tugasnya begitu mendalam, sehingga dirasakan
bahwa memang permulaan mendengar nama
New Guinea (Papua) disampaikan kepadanya di Eropa, terasa
sesuatu yang mengorek
dirinya, bukan karena
sebuah pekerjaan semata tetapi
rasa yang mendalam itu karena Tuhanlah yang mengorek perasaan I.S. Kijne karena
bangsa ini dalam pengawalan Tuhan, oleh karenanya I.S. Kijne selalu
berdoa untuk tanah
dan bangsa ini. Kijne
selalu naik ke
gunung Aitumieri untuk
berdoa (berjumpa) dengan Tuhan untuk menawarkan
orang Papua kepada
Tuhan agar selau
diberkati, dan diampuni karena
kesalahan dan dosa
yang mereka perbuat. Kijne bergulat
dengan Tuhan untuk
keselamatan Papua ia
mengikat perjanjian dengan
Tuhan bagi Papua.
Ungkapan rasa kecintaan yang
amat mendalam itu
disampaikannya melalui nyanyia
seruling mas Nomor
1:2-3 dan Nomor 22:6,4,5.
2.
Dari awal
rendah, dari pintu gelap
aku terpanggil, aku terbangun
dan berdiri tetap
dan melihat ke
muka, dengan maksud benar; hutan
rimba terbuka, hasil tanah
besar karena anakku
semua sehati teguh
menanggung usaha dan
panggilanku Hiduplah Tanahku, Hai
Papua
3.
Ke Benua
darimu tercerai ku
mengembara lihat negara
yang ganjil permai, lautan luas
yang biru, gunung rimba
gelap, kaki langit yang baru
memanggil tetap, tapi hai
tanahku, kemanapun jalananku tentu
aku pulang kelak
kepadamu slamat ooo ! tanahku
Hai Papua.
Nomor 22 :6,4,5
6.
Ku kasih
engkau tanah yang dengan buahmu
membayar kerajinan dan
pekerjaanku.
4.
Ku mengembara lagi
ke hutan yang
lebat tahu tiap-tiap
jalan dan tak
sesat Aku terkenang
tempat yang senang
kau tarik rindu
hati kepadamu.
5.
sekali aku pulang
ke tanah airku
kau tarik rindu
hati kepadamu aku
terkenang tempat yang
senang kau tarik
rindu hati kepadamu.
Dari lirik
lagu yang dikarang
oleh Kijne ini, kita dapat melihat betapa
besar kecintaannya untuk
tanah Papua. Oleh karena
kecintaannya kepada Papua
sehingga Kijne ingin
mengkhususkan Papua dalam
bingkai Tuhan yang
sesungguhnya untuk
penggenapan firman Tuhan yang dinubuatkan
oleh para Nabi.
Dominee I.S. Kijne adalah
hamba Tuhan yang
menjadi terang di
tengah-tengah suku bangsa
Papua. Kijne dituntun oleh Rohul
Kudus dalam pendekatannya, oleh karena
itu dengarkanlah dia, karena
Tuhan telah memanggil
dia sejak dari
kandungan, telah menyebut namanya sejak
dari perut ibunya
(Yesaya 49:1 & 3).
Tuhan memanggil
I.S. Kijne sebagai hamba-Nya
bagi Papua, dan melalui
Dominee I.S. Kijne Tuhan menyatakan
keagungan-Nya, sekali lagi disampaikan bahwa hidup Kijne
dikendalikan oleh Tuhan didalam
Rohul Kudus sehingga
menjadi terang bagi
Papua.
Panggilan Musa, Tuhan
mengutusnya untuk membawa
Israel keluar dari
Mesir dan musa
pun melakukan perintah
Tuhan - Panggilan Kijne Tuhan
mengutusnya untuk mendidik orang
Papua secara khusus. Atas dasar inilah Dominee I.S. Kijne
berkata :
“Saya berpendirian
bahwa khusus untuk
anak-anak Papua lebih
dididik untuk hidup
secara mandiri, sehingga mereka
sendiri dapat berprestasi. Untuk itu
sesungguhnya mereka mesti
mempunyai satu sekolah dalam
arti yang sebenarnya . dimana, mereka
tidak menerima kesan
bahwa sekolah hanya
sekedar teman saja’’.
Kijne tidak
mau untuk anak-anak
Papua belajar bersama-sama
anak-anak amberi (Ambon, Sangir, Tobelo)
di satu
sekolah karena anak-anak
Papua memiliki perbedaan
dan ciri-ciri tersendiri, maka
jangan digabungkan dengan anak-anak amberi sehingga anak-anak
Papua dapat dididik
secara mandiri supaya
suatu kelak nanti mereka
akan berpikir tentang
tanahnya dan bekerja
untuk tanahnya. Dengan dasar ini
maklumat Aitumieri ditetapkan, dimana Kijne
mendeklarasikan Peradaban Papua
di atas batu
dan menawarkan kehormatan
orang Papua kepada
Tuhan dengan maklumat deklarasi bahwa;
“Di atas batu
ini, saya meletakan peradaban
orang Papua, sekalipun
orang lain memiliki
kepandaian tinggi, akal budi
dan marifat untuk
memimpin bangsa ini, tetapi
bangsa ini akan
bangkit dan memimpin
dirinya sendiri.’’ - Aitumieri 25 Oktober
1925”.
Dengan maklumat Aitumieri ini maka kebangkitan
Papua telah dimulai, bila
tidak ada maklumat
Aitumieri, tidak ada kepemimpinan
orang Papua. Perjalanan Papua
dalam sejarahnya berada dalam
standard alkitab yang
digambarkan melalui kisah
bangsa Israel.
Musa diutus membawa Israel
keluar dari Mesir - Ottow
dan Geisler membawa
Papua keluar dari
perhambaan dunia. (Keluaran 3:10;12:51).
Bileam membela
orang Israel karena
Tuhan menaruh perkataan
atas Bileam - I.S. Kijne
membela orang Papua
karena Tuhan menaruh
perkataan atas Kijne. (Bilangan 23:16-25).
Musa membela
bangsa Israel karena
Tuhan memerintahkan Musa – I.S. Kijne membela
orang Papua karena
Tuhan memerintahkan Kijne. (Keluaran 2:11-12).
Bileam memberkati
Israel karena Israel
baik di mata
Tuhan - I.S. Kijne memberkati
papua karena Papua
baik di mata Tuhan. (Bilangan 24:1).
Bileam melihat
bangsa Israel dengan
baik berdasarkan suku-suku
mereka maka Roh Tuhan
hinggap atas dirinya – I.S. Kijne melihat
Papua dengan baik
berdasarkan suku-suku Papua maka
Roh Tuhan hinggap
atasnya. (Bilangan 24:2).
Bileam berkata
kepada Israel karena
Roh Tuhan membuka
matanya – I.S. Kijne bernubuat
kepada orang papua karena
Roh Tuhan membuka
matanya. (Bilangan 24 : 3).
Bileam memberkati
Israel karena mendengar
perkataan Tuhan dan melihat
penglihatan dari yang
Maha Kuasa - Kijne
meletakan peradaban orang papua
karena mendengar firman
Tuhan dan mendapat
penglihatan dari Tuhan. (Bilangan 24:4).
Mata bileam
dibukakan oleh Tuhan maka Bileam
menciptakan sajak-sajak kepada
Israel – Mata Kijne dibukakan
oleh Tuhan maka ia membuat syair-syair bagi Papua. (Bilangan 24:15).
Bileam melakukan
semua itu karena
Bileam melihat masa
depan Israel yang
begitu jauh ke
depan; karena bintang terbit
dari Yakub dan
tongkat kerajaan timbul
dari Israel. Perkataan tersebut
menyampaikan bahwa bintang adalah Yesus sang Raja
pemegang tongkat kerajaansorga akan
lahir dari bangsa
Israel – Kijne melihat Papua dalam
rencana besar Tuhan yang
begitu jauh ke
depan karena dari
papua ujung timur
akan terjadi lawatan
Roh karena Yesus sang raja akan datang dari
sana. (Bilangan 24:17).
Bileam pulang
ke tempatnya – I.S.Kijne pulang
ke tempatnya (Bilangan
24:25a). Sementara Israel tinggal
namun melakukan pelanggaran, terjadi perzinahan
dengan perempuan dari
bangsa lain, perempuan dari
bangsa lain itu mengajak orang Israel
melakukan korban sembelihan
bagi allah mereka, lalu
bangsa Israel turut
makan dari korban
itu dan menyembah
allah orang-orang itu, - ketika
I.S. Kijne pulang ke
tempatnya orang Papua
tinggal namun melakukan perzinahan
dengan perempuan amberi
(lihat sejarah Papua
ketika tokoh-tokoh Papua
dibujuk dengan wanita-wanita
amberi ), perempuan dari amberi
mengajak orang Papua
untuk melakukan konspirasi
dan menghormati apa
yang semestinya bukanlah
adat istiadat Papua. (Bilangan 25:1-2). Ketika Israel
berpasangan dengan Baal-peor, bangkitlah murka
Tuhan terhadap Israel – ketika Papua
berpasangan dengan amberi Tuhan
menjadi murka kepada Papua.
Pernyataan-pernyataan yang
dituliskan ini sedang
terjadi, dan hal itu dilakukan agar genaplah
firman Tuhan atas Papua, karena
di ayat-ayat selanjutnya menyampaikan
bahwa akan terjadi
hukuman atas kepala- kepala yang memimpin
suku bangsa itu – Pemimpin-pemimpin Papua telah
ditangkap setiap saat karena
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan – Sebab ketika itu Musa
memerintahkan kepada hakim-hakim Israel untuk masing-masing membunuh orang
Israel yang berpasangan dengan Baal-Peor, suatu ketika diatas tanah ini Tuhan
akan memerintah para hakim untuk melakukan hal yang sama terhadap pemimpin Papua
yang telah berpasangan dengan bangsa lain.
Ketika murka Tuhan
itu brakhir, Tuhan memerintah musa untuk mempersiapkan prajurit yang jago
tempur untuk berperang – Akan datang waktunya pemuda ditanah ini akan
dipeisiapkan sebagai prajurit Tuhan. (Bilangan 26:1-2).
Sesudah itu Tuhan
berfirman kepada Musa untuk mendata suku-suku Israel – akan ada pendataan
marga-marga asli orang Papua menurut asal sukunya. (Bilangan 26:2).
Ketika pendataan
Israel selesai Tuhan berfirman kepada Musa, “Kepada suku-suku itulah harus
dibagikan tanah itu menjadi milik pusaka menurut nama-nama yang dicatat” – Ketika pendataan marga-marga asli
orang Papua, maka sesuai perintah Tuhan agar masing-masing kembali ke tanah
leluhur asal marga mereka, karena tanah itu adalah harta pusaka marga mereka
yang sudah dibagikan Tuhan diatas tanah ini. (Bilangan 26:52-53).
Papua bangsa penggenapan
dunia, kepemimpinan Papua Kijne diposisikan sebagai Bileam – Musa bagi Papua
belum ditemukan, karena semua yang datang telah gugur entah siapa Musa bagi
Papua. Bila tak ada kemuka tak tentu, Tuhanlah juru mudi.
Dengan melihat
Israel, Papua mengenal identitasnya
karena perjalanan Papua
ditetapkan didalam perjalanan
Israel. Israel tak bisa
berjalan tanpa Papua – Papua
tidak dapat berjalan
tanpa Israel. Israel dan Papua
saling membutuhkan karena Israel dipilih Tuhan sebagai tempat tahta kerajaan-Nya
dan Papua dipilih sebagai pintu masuk-Nya. Jika Israel belum disempurnakan,
kerajaan Ellohim pun belum siap maka waktu kedatangan-Nya pun ditunda. Jika
Papua belum dipersiapkan, gerbang timur tetap tertutup maka waktu kedatangan
Tuhan pun ditunda. Israel kawal kerajaan Tuhan, Papua kawal pintu Tuhan.
Walaupun Israel telah mencapai kesempurnaan tetapi jika Papua belum siap maka
Tuhan belum datang karena
pintu belum dibukakan oleh pengawal, demikian jika Papua siap tetapi Israel
belum mencapai kesempurnaan Tuhan belum datang karena tahta-Nya belum
diselesaikan. Namun sepertinya pekerjaan kesempurnaan sedang dalam tahap
finishing.
Penggenapan kerajaan
Tuhan Papua dan Israel menentukan, oleh karena itu Israel dan Papua
harus saling sinergi, terutama Papua segera bangkit dan memberitahukan kepada Israel
bahwa Tuhan mereka adalah Raja damai yang akan datang dari arah timur jauh
ujung bumi (Papua). Kesempurnaan
Israel adalah sebuah pekerjaan
yang ditugaskan oleh Tuhan kepada bangsa
Papua untuk dikerjakan. Israel
pusaka Tuhan – Papua pengawal
pusaka.
“Berbahagialah ia yang
membacakan dan mereka
yang mendengarkan kata-kata
nubuatan ini, dan yang
menuruti apa yang
ada tertulis didalamnya, sebab waktunya
sudah dekat”. (Wahyu 1:3).
Bukan Hanya Papua,,, kami Orang Maluku di Pesisir Tenggara Adalah Anak Domba Tuhan Yesus Juruselamat kami
BalasHapusTara perlu emosi bosss..... ada yang bilang Tuhan Yesus dari Sanger saja me tong tara mara kong.. Hahahaha...
BalasHapus